#4 Dia-sikh: Karya

   Aku bukanlah penulis terbaik. bukan pula penyair atau pujangga yang handal. Aku cuma anak 18 tahun yang punya kemauan dan niat untuk punya karya yang berkelas serta berkualitas. Aku ingin karya ku di nikmati banyak khalayak. Aku memang saat penakut. Tapi aku selalu ingin karyaku di kritisi orang lain.
   Memang karyaku tidak ada apa-apanya dibandingkan orang lain yang justru punya bahasa yang berkelas. Aku cuma anak labil yang ingin belajar dari kesalahanku dalam berkarya.
  Sekarang, aku mengerti. Bahwa "sebenarnya semua orang bisa berkarya, tapi tergantung bagaimana cara ia menyajikannya". Jadi, jika aku cuma menyajikannya di kepalaku saja, tanpa ada inisiatif untuk menuliskan melalui pena, handphone, atau komputer maka itu akan sia-sia. Dan saat ini aku sudah punya pilihan untuk menuliskan apa yang aku pikirkan kedalam blog manisku yang sangat sederhana ini.
   Aku tidak menasehati/mengajari siapapun disini. Karena akupun masih sangat pemula dalam hal menulis. Tapi aku mau mencoba, mau mencari celah, merasakan bagaimana gayaku dalam menulis. Aku memang sangat buruk dalam menulis. Tapi bukankah itu yang dinamakan belajar? Selalu bermula dari keburukan dan kesalahan? Dan seiring berjalannya waktu proses itu akan terasa menghasilkan sesuatu walaupun kita tak pernah tahu sedikit tidaknya hasil proses itu. Dan tuhan takkan membedakan umatnya, dan tentunya usaha itu takkan menghianati hasil. Maka cobalah berkarya. Kita belajar bersama. Dari yang abstrak menjadi karya yang bernilai estetika. Tidak harus menulis, apapun itu yang bisa membuatmu bangga akan hasil usaha serta tetes keringatmu. Dan kamu akan berkata "inilah aku, dengan karyaku yang sudah ku buat dengan usaha yang maksimal"


Komentar

Posting Komentar