Hari Istirahat Terpanjang

 Hai.....

sekarang jadi orang yang bodoh banget rasanya. padahal punya hal menarik dalam kepala tapi sayang banget malah disia-siakan. aku jadi kaku buat nulis, dan yang tersedih nya lagi jadi malas banget baca buku. kalau mau tahu alibinya apa, biar aku jelaskan. selama ini, aku merampungkan tugas akhir dan sibuk belajar bahasa asing. pelan-pelan juga mengenali diri. selama pandemi, aku jadi lebih banyak bersyukur dan mempelajari emosi. emosi yang katanya ada banyak. syukur, beberapa di antaranya sudah sesuai target. aku wisuda di bulan September tepat di hari ulang tahun ku. aku sudah bisa baca tulisan Hangeul, dan lebih menjadi bersabar kalau-kalau ada yang bertingkah dan berjalan sesuai kemauan. 

kalau memperhatikan waktu terakhirku bikin blog, jelas lebih dari setahun. mungkin banyak yang bilang "masa iya perlu waktu selama itu untuk alibi yang gak seberapa.." tapi, kalau mau dibilang itu alibi yang cetek, maka tahan kata-kata itu. karena selebihnya aku memulihkan diri, menjauhkan diri dari sesuatu yang gak terlalu penting. aku mungkin pernah cerita kalau aku terlalu perasa dan pemikir. maksudnya, terlalu apa-apa dibaperin dan apa-apa dipikirin gitu. nah, waktu-waktu istirahat panjang ku itu aku pakai buat mencoba untuk gak menjadi orang yang seperti itu. 

bersyukur dengan keadaan selama pandemi yang serba terbatas aku jadi lebih membuka mata dan hati untuk orang-orang terdekat. berterima kasih karena mereka gak kemana-mana, bertahan dengan sifat di diriku yang mungkin gak mereka suka. barangkali, di waktu istirahat ku yang lain aku bakal belajar untuk ekspresif dan gak menahan diri. yaa, maksudnya pengen jadi sosok yang kalau ada hal yang ingin dibicarakan itu ya diutarakan, kalau pengen nangis yaudah nangis. dan pengen bersama orang yang cukup diam dan gak menghentikan di saat-saat seperti itu. 

Komentar